Melalui seni, manusia menghargai nilai pandang dunianya disetiap peristiwa. Dengan itu,setiap seniman bergerak mengosongkan kegelapan realitas, menerangi jalannya yang gelap dengan kemegahannya, seperti mata bermata hitam yang ajaib, sehingga ia bergerak di antara bintang-bintang dan begitu hidup.
Perjalanan spektakuler para perupa yang akan berpameran bersama dalam thema ” Excursion” bersama JIVA [Jakarta Illustration Visual Art] dapat disaksikan di Galeri Nasional, Jakarta dari tgl. 8 – 27 Januari 2020.
Perjalanan hidup seperti garis-garis tanpa henti, jika diikuti maka garis itu tanpa ujung. Dibutuhkan motivasi dan kesadaran untuk membentuk garis perjalanan hidup tersebut. Seperti membentuk diri dalam garis hidup, akan dibutuhkan motivasi dalam mengarunginya.

Kesadaran dapat menentukan bagaimana garis hidup terbentuk, karena berhubungan dengan segenap keinginan hendak diapakan kehidupan ini. Layaknya membentuk diri dengan keinginan-keinginan akan memperlihatkan kesadaran diri hingga membentuk arah hidup. Sehingga apa yang ada dalam kaitan di luar keinginan akan menjadi realitas yang terbaca dalam kehidupan.

Excursion, merupakan padanan kata journey, kata yang dipaparkan menjadi perjalanan, tetapi dalam excursion kata perjalanan menjadi bertambah dalam pengertiannya. Juga mempunyai arti yang spesifik dalam setiap bidang, termasuk bidang seni. Excursion merupakan perjalanan hidup bidang seni seseorang, atau journey seniman yang tertuju pada artistik.
courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com
Perjalanan artistik seniman dalam hidupnya menjadi pengetahuan bagi orang lain untuk memahami bagaimana seniman berkarya, melahirkan ide atau gagasannya dalam setiap karya, akan menentukan bagaimana subjektivitas pengetahuan muncul dan menjadi diskursus dalam wacana. Hal ini sangat penting untuk menjelaskan awal mula bagaimana karya seni yang dilahirkan oleh seniman menjadi pengetahuan.

courtesy: artworld.indeksnews.com
Pameran ini menampilkan peserta: Ponk-Q Hary Purnomo, Tomy Faisal Alim, Deddy PAW, Ghanyleo, I Dewa Made Mustika, Syis Paindow. Sedangkan yang berkolaborasi Sri Hardana x Rengga Satria x Jason Ranti, Agustan x Kana Fuddy Prakoso, Fitrajaya Nusananta x Sohieb Toyaroja, Jono Sugiartono x Krismarliyanti, RB Ali x Yayat Lesmana, Hendrikus David Arie x Teguh Hadiyanto.

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com
Ketika melihat journey dengan misi tertentu, khusus artistik. Melalui sudut pandang tubuh, yang terbagi antara jiwa dan raga, sebagai tinjauan pemilahan pada karya dalam pameran ini maka ada tiga bagian yang dapat dijadikan wacana untuk mengembangkan sudut pandang, yakni:
Misi Ragawi
Bentuk nyata tubuh yang diwujudkan dengan konkret, baik melalui lukisan atau patung, melalui pameran ini bentuk ragawi diwujudkan dalam rangkaian seni instalasi. Misi ragawi lebih memperlihatkan wujud tubuh dalam memberi arah nyata imajinasi, perwujudan tubuh dalam boneka merupakan representasi, menjelaskan sisi imajiner seniman dalam bekerja mengisi ruang dialog.

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com
Konstelasi misi ragawi memperlihatkan bagimana patung dan lukisan dirangkai dalam satu karya menjadi instalasi, merupakan cara menjabarkan konsep misi dalam rentang waktu yang tidak membatasi bentuk-bentuk lain dari raga.
Representasi bentuk raga dalam gambaran seniman dalam pameran kali ini adalah membuat pengertian dasar ragawi yang menjadi subjek atas kejadian yang sering dialami sehari-hari, baik kejadian sosial maupun individual.
Menjiwai Raga
Melihat wujud raga yang menginspirasi lalu menuangkan dalam bentuk karya seni, merupakan cara apropriasi yang sederhana, mendasar dan artifisial. Proses ini secara artistik lebih menekankan bentuk yang sudah ada atau terlukis pada rentang waktu terdahulu, atau proses seniman terdahulu dan memberi arti baru pada masa kini.
Pada proses ini seniman mencoba membuat karakter baru atau meninjau ulang proses yang sudah ada lalu menuangkan secara kreatif dalam bentuk yang diyakini akan memberi arti baru.
Itulah salah satu menjiwai raga dalam bentuk-bentuk eklektik secara visual. Secara mistifikasi merupakan ruang terbuka dalam ranah interpretasi tubuh.
Jiwa (dalam) Raga
Proses interpretasi bagaimana melihat jiwa yang ada dalam raga, lalu dituangkan di atas kanvas. Gaya visual ini mempunyai kecenderungan abstraktif. Menampakkan visual dalam warna-warna yang mewakili kondisi, keadaan dan gambaran jiwa pada suatu waktu.
Apa yang menjadi pokok bahasan dalam karya-karya semacam ini berhimpitan dengan spiritualitas, religiusitas, dan psikologi, cenderung menggambarkan eksotika secara kejiwaan seniman yang menggambarkannya.
Biasanya wacana yang didengungkan dalam karya semacam ini juga digunakan untuk alasan-alasan pengembangan diri.

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com

courtesy: artworld.indeksnews.com
Melalui ketiga sudut pandang ini kita dapat melihat karya seni dalam pameran ini untuk membahas lebih luas bagaimana raga digunakan untuk menjembatani subjektivitas sehari-hari dengan permasalahan artistik karya seni yang dihadapi dengan lebih jernih dan fundamental yang jelas.
Kurator; Frigidanto Agung